Monday, February 18, 2008

Love or Hate

Konon dibalik cinta adalah benci
Dan dibalik benci bisa jadi cinta
Alangkah naifnya
Kalau tidak benci ya cinta

Aku cinta kamu setengah hidup
Aku benci kamu setengah mati
Cinta ditolak jadilah benci
Bagaimana kalau sejak awal sudah benci

Konon batas benci dan cinta sangatlah tipis
Jangan suka membenci
Siapa tahu kamu kualat
Ujungnya malah cinta setengah mati

Namun jangan mudah mencinta
Bila ditolak lantas benci sekali
Kenapa mesti benci
Itu namanya bukan cinta tapi egois,

Labels:

Thursday, February 14, 2008

Nothing

Gayamu
Munafikmu
Senyum manismu
Kejap mata indahmu

Lekuk indah tubuhmu
Gemulai langkahmu
Kaki jenjangmu
Padat badanmu

Hanyalah sia-sia
Tak bermakna
Penuh dusta
Kosong

Jiwamu lemah
Semangatmu pudar
Bathinmu penuh pamrih
Hatimu bak onak berduri

Elang

Elang terbang sendirian
Tinggi nan awan biru
Kepak sayapnya penuh
Matanya tajam

Elang selalu sendiri
Angkuh namun sepi
Raja angkasa
Penguasa langit

Adakah emosi dibenakmu
Adakah rasa humormu
Dibalik wajah gagahmu
Dibalik paruh tajammu

Kala kau bosan
Kala kau pulang
Kau cari tempat tinggi
Gedung dan pohon menjulang

Elang bagaimana hari-harimu
Indahkah
Buramkah
Kau diam seribu basa

Labels:

Cinta

Satu kata
Penuhi jiwa
Meluruh raga
Membetot sukma

Tiada daya
Tiada tenaga
Lunglai terkulai
Terbuai

Cinta
Dan buta

Wahai manusia
Adakah dayamu

Cinta membawa nikmat
Cinta membawa petaka
Cinta pelipur lara
Cinta pembunuh rupa

Salahkah dunia
Kututup cinta di jiwa
Kala cinta memang tak pernah ada
Karna dibalik cinta hanyalah duka

Labels:

Mentari

Cahayamu bersinar lembut
Hangatkan nuansa
Segarkan raga nan sehat
Tegarkan smangat nan berkobar

Mentari hanyalah satu
Tiada henti pancarkan psona
Adakah pamrihmu
Adakah bosanmu

Dunia fana
Tak kau kira hutang budimu
Akan mentari nan suci
Benih kehidupan slalu kau tawarkan

Embun pagi
Rumput hijau
Burung berkicau
Sambut hadirmu mentari

Pesonamu
Anggunmu
Kan slalu di hati
Mentari

Labels:

Wednesday, February 13, 2008

Bapak Tua

Mas kalau telepon saya rusak harus dibawa ke mangga dua ya
Bapak tua disamping saya tiba-tiba nanya
Yup sendok soto saya hentikan
Saya lihat Bapak tua menenteng sebuah telepon

Sarapan soto madura saya tunda dulu
Lha telepon bapak masih garansi atau bukan
Sudah berapa lama membelinya
Bapak Tua menjawab, sudah setahun lebih mas

Bapak harus perbaiki di bengkel telepon sendiri
Karena sudah lewat garansi
Oh begitu ya, saya kira bisa dibetulin disini
Saya jauh-jauh dari Tangerang

Bapak bisa datang ke kantor yang di Tangerang
Ada di pertokoan Serpong
Saya tidak tahu mas, wajah Bapak memelas
Saya akan cari kantornya di Serpong saja, tidak terlalu jauh

Tapi ini telepon masih akan ditagih tidak ya bulan depan
Lha bapak berlangganan atau beli pulsa
Wah saya ngga tahu mas, katanya tadi sih sudah ndak perlu bayar
Mumpung masih disini coba pastikan ke bagian pelayanan pak

Pak tua ngeloyor pergi, nenteng tas plastik hitam
Soto saya sudah dingin
Kerupuknya jadi lembab terendam kuah
Saya tetap sarapan meski sotonya dingin, ketimbang lapar

Labels:

Hujan deras itu

Kali ini hujan sangat deras
Jarak pandang hanya beberapa meter
Aku di tengah jalan
Dalam kendaraan

Macet, sudah jelas
Antrian kendaraan berkilometer
Entah sampai kapan
Tiba di kantor

Wiper kaca harus diputra cepat
Kalau tidak mau tertutup kabut
Menghalangi pandangan
Berbahaya menabrak kendaraan di depan

Eit sebuah kendaraan main serobot
Aku kasih lampu dim menegur
Hei di jalan pakai tata krama dong
Main serobot aja, kayak ngga sekolah

Macet semakin panjang
Hujan mulai mereda
Langit gelap berangsur terang
Ah ngambil bahu jalan aja, he he ngelanggar juga

Terpaksa nih, soalnya hari semakin siang
Tidak ingin terlambat di jalan
Meskipun memang sudah terlambat
Berharap terlambatnya tidak terlalu terlambat

Labels:

Patah Hati

Terjadi lagi, aku patah hati
Sakit sungguh sakit
Menyayat dan merintih
Beginikah cinta bertepuk sebelah

Wajahmu cantik nian
Kulitmu halus bak mentari
Tubuhmu bikin aku klepek klepek
Aku memujamu

Tuhan mengapa aku harus merana
Kenapa cintaku ditolaknya
Wajahkukah yang kurang menarik
Pribadikukah yang kurang simpatik

Tentu saja dia menolak
Dia sudah bersuami
Ooh benarkah dia sudah berkeluarga
Mengapa aku mencintai istri orang

Tuhan mengapa daya tarik dia begitu besar
Sungguh merana aku
Kembali mengecap perihnya patah cinta
Selalu terulang

Wednesday, October 04, 2006

Jam

Tik tok tik tok
Tak tok tak tok
Bunyi merdu wekerku
Mengusik sunyi memecah senyap

Hanya sayang nih
Yang muter cuman jarum detik-nya
Jarum menit dan jam mati
Hmm jadi penasaran neh

Karana gemes aku bongkar saja wekernya
Belagak tukang jam profesional
Ambil obeng dan tang
Puter baut dan kebuka semua

Ooo ada gir plastik lepas
Bingung cara masangnya
Paksa bongkar rakitan jam yang muter itu
Brak wah berantakan semua

Jarum segede rambut bubrah
Coba sabar dan benerin satu-satu
Satu jam, dua jam
Capek bener pengin banting jam ini

Ya sudah simpen dulu di laci
Penasaran tersimpan terus
Berasa nggak puas
Mestinya tadi bisa benerin

Tapi salah strategi
Harusnya saya buka dari depan saja
Pasang girnya dan beres
Eee terlanjur bongkar mesinnya

Malah berantakan semua
Nggak ada lagi tik tak tok
Jam weker terburai di laci lemari
Entah sampai kapan

Thursday, September 07, 2006

Bencong

Cantik, Lembut, Seksi
Gaun tipis
Malam romantis
Di pinggir jalan

Itulah bencong
Bertingkah cewek
Meskipun konon laki-laki
Bencong adalah semu

Apakah harapannya
Apakah mimpinya
Keinginannyakah
Kehendaknyakah

Dikala malam temaram
Remang nan abu-abu
Bencong keluar
Menampakan dan menawarkan

Tidakkah kita prihatin
Tidakkah kita kasihan
Bertindak bukan keinginan
Berlaku bukan kodrat

Bencong yang malang
Bencong nan gamang
Itukah kodratmu
Itukah takdirmu

Sopir bus

Waktuku kecil
Sering beongong pinggir jalan
Melihat lalu lalang
Bus-bus besar lewat

Kekagumanku
Akan kendaraan besar ini
Sampai terbawa mimpi
Begitu gagahlah bus ini

Bagaimana ya besar nanti
Jadi sopir bus saja
Bisa mengendari bus besar
Gagah

Istirahat sekolah
Menggambar bus
Tidur
Mimpi tentang bus

Ya cita-cita sederhanaku hanyalah sopir bus
Nggak mampulah kalau beli bus
Cukuplah sebagai sopir
Kendaraan yang kukagumi

Sakit Kepala

Pening ini
Pusing kepala
Sakittttttt sekali
Nyut nyut nyut

Selalu begini
Kepala nyeri
Bikin meringis
Giginya kuning

Kepala bandel ini
Tiada absen
Selalu sakit
Mana obatnya

Ambil tablet
Minum dan tidur
Masih pening
Paksain tidur

Kepala ini selalu sakit
Tidak pernah tidak sakit
Kenapa yaa
Oo tanggal tua toh, pantesan belum gajian

Gontai

Langkahku gontai
Persis macan lapar
Srek srek
Malas mengayun kaki

Tangan masuk saku
Saku yang kosong
Jangan uang
Sepotong kertas-pun tidak

Malasku datang
Asaku hilang
Hidupku gontai
Bagaikan daun kering

Maless bener
Maunya diem saja
Bengong melompong
Bagai sapi ompong

Napaspun berisik
Saking gontainya hidup
Tak ada semangat
Hanya lengang

Tuesday, August 29, 2006

Benci

Aku benci padamu
Mulutmu mengobral janji palsu
Manis namun berbisa
Hiasan kata-kata terindah pernah

Kau campakkan aku begitu saja
Seolah tak ada harganya pula
Kepalamu berpaling
Seolah aku begitu menjijikkan

Itulah lagakmu buaya darat
Kenapa habis manis sepah tidak kau telan sekalian
Dasar srigala malam
Nangka dimakan getah ditinggal

Tunggulah kejap buaya
Akan datang azabmu
Kau t'lah permainkan kehormatan orang
Tidak lama kau bakal tercabik menuai badai

Kala sekarang
Ku t'lah mendapat pelajaran
Dari ulah dosamu
Ku bersyukur akan sadarku

Hutan Tandus

Hutan itu
Telah lama tandus
Gersang panas nan membara
Tiada satupun pepohonan tumbuh

Dengan ganasnya
Manusia pernah menghisapnya
Memerahnya tanpa ampun
Menebangi pohonnya mengambil sarinya

Hutan itu menangis pedih
Tanah bongkah pecah membelah
Coklat terbakar panas menyala
Tak ada kehidupan lagi

Hutan itu
Telah berubah bukan hutan lagi
Hanyalah seonggok lahan
Kering nan merana

Ooee

Ooee oeee
Terdengar tangisan pilu bayi
Malam hari yang senyap
Pecah menyayat mendera sukma

Ooeeeeeeeeeee
Tangisan bayi makin keras
Meremas nurani
Memanggil peduli

Sang bayi berasa lapar nan haus
Hanya bisa menangis dan air matanya
Kemana ibunya yaa
Tidakkah tersayat jiwanya

Ibunya ternyata juga menangis sedih
Susunya habis perutnya lapar tiada makanan
Tidak ada yang bisa diberikan sang bayi
Air putihpun keruh dan bayinya menolak

Duhai malam
Adakah belas kasihmu
Akan seorang bayi nan lapar
Titipan Illahi

Sunday, August 27, 2006

Makan Siang

Makan siang ini
Alangkah nikmatnya
Meksipun hanya nasi putih dan sayur
Serta sepotong tempe, begitu enaknya

Makan siang ini
Berbeda jauh dengan makan siang kebanyakan
Yang mejanya penuh makanan
Puluhan piring berbagai lauk-pauk

Belum pernah aku makan
Selezat makan siang ini
Meski pernah juga makan pakai lauk ikan
Atau daging atau makanan mahal

Karena makan siang ini
Perutku benar-benar lapar
Setelah dari pagi kerja
Ternyata nasi hangat dan tempe begitu nikmatnya

Begitu sering
Bagi kebanyakan orang
Makan siang ibarat tugas
Bagi mereka kadang hidup adalah untuk makan

Bayangkan mereka ribut mencari restaurant
Ribut mencari teman makan
Membelanjakan begitu banyak uang
Untuk makan siang-nya

Bijaklah dalam makan siang
Bukan mesti enak dan nyaman
Yang penting perut kita lapar
Jadikan makan memang untuk hidup