Tuesday, August 29, 2006

Benci

Aku benci padamu
Mulutmu mengobral janji palsu
Manis namun berbisa
Hiasan kata-kata terindah pernah

Kau campakkan aku begitu saja
Seolah tak ada harganya pula
Kepalamu berpaling
Seolah aku begitu menjijikkan

Itulah lagakmu buaya darat
Kenapa habis manis sepah tidak kau telan sekalian
Dasar srigala malam
Nangka dimakan getah ditinggal

Tunggulah kejap buaya
Akan datang azabmu
Kau t'lah permainkan kehormatan orang
Tidak lama kau bakal tercabik menuai badai

Kala sekarang
Ku t'lah mendapat pelajaran
Dari ulah dosamu
Ku bersyukur akan sadarku

Hutan Tandus

Hutan itu
Telah lama tandus
Gersang panas nan membara
Tiada satupun pepohonan tumbuh

Dengan ganasnya
Manusia pernah menghisapnya
Memerahnya tanpa ampun
Menebangi pohonnya mengambil sarinya

Hutan itu menangis pedih
Tanah bongkah pecah membelah
Coklat terbakar panas menyala
Tak ada kehidupan lagi

Hutan itu
Telah berubah bukan hutan lagi
Hanyalah seonggok lahan
Kering nan merana

Ooee

Ooee oeee
Terdengar tangisan pilu bayi
Malam hari yang senyap
Pecah menyayat mendera sukma

Ooeeeeeeeeeee
Tangisan bayi makin keras
Meremas nurani
Memanggil peduli

Sang bayi berasa lapar nan haus
Hanya bisa menangis dan air matanya
Kemana ibunya yaa
Tidakkah tersayat jiwanya

Ibunya ternyata juga menangis sedih
Susunya habis perutnya lapar tiada makanan
Tidak ada yang bisa diberikan sang bayi
Air putihpun keruh dan bayinya menolak

Duhai malam
Adakah belas kasihmu
Akan seorang bayi nan lapar
Titipan Illahi

Sunday, August 27, 2006

Makan Siang

Makan siang ini
Alangkah nikmatnya
Meksipun hanya nasi putih dan sayur
Serta sepotong tempe, begitu enaknya

Makan siang ini
Berbeda jauh dengan makan siang kebanyakan
Yang mejanya penuh makanan
Puluhan piring berbagai lauk-pauk

Belum pernah aku makan
Selezat makan siang ini
Meski pernah juga makan pakai lauk ikan
Atau daging atau makanan mahal

Karena makan siang ini
Perutku benar-benar lapar
Setelah dari pagi kerja
Ternyata nasi hangat dan tempe begitu nikmatnya

Begitu sering
Bagi kebanyakan orang
Makan siang ibarat tugas
Bagi mereka kadang hidup adalah untuk makan

Bayangkan mereka ribut mencari restaurant
Ribut mencari teman makan
Membelanjakan begitu banyak uang
Untuk makan siang-nya

Bijaklah dalam makan siang
Bukan mesti enak dan nyaman
Yang penting perut kita lapar
Jadikan makan memang untuk hidup

Thursday, August 24, 2006

Doa Pengemis

Ya Tuhanku,
Berilah Rohmat-MU
Semoga hari ini hamba lancar mencari makan
Dapat banyak sedekah

Ya Tuhanku
Semoga hari ini, tidak ada trantib mengejar kami
Semoga tidak ada razia
Semoga juga tidak hujan

Kami butuh makan ya Tuhan
Kami butuh hidup, juga anak kami
Untuk kerja kami tidak mampu
Kami tidak pernah sekolah, orang tua kami miskin

Bertahun-tahun kami menjadi pengemis
Pedih, perih, hina dan dhina
Belum kalau dikejar hansip
Begitu susah tuk sekedar hidup ya Tuhan

Tuhanku seandainya boleh memilih
Janganlah aku dilahirkan ke dunia yang kejam ini
Lebih baik hidup di alam kekal dunia-Mu ya Tuhan
Namun aku sudah terlanjur lahir dan hidup

Ya Tuhanku,
Aku pasrah menjadi pengemis
Namun,
Jadikanlah anak-anakku orang yang Engkau pilih,,,

Macet

Kalau macet itu
Diem dua menit bergerak setengah menit
Sepuluh menit dapet satu kilometer
Sementara bensin kita terus mengucur

Macet itu pemborosan
Boros uang
Boros waktu dan tenaga
Serta boros stress kita

Lalu kenapa macet kok dipiara
Lha itu, ayam kali
Mending ayam dipiara menghasilkan telur atau daging
Lha miara macet hanya menambah stress kita

Makanya masyarakat kita menjadi egois
Menjadi apatis dan semau gue
Menjadi meledak-ledak emosinya
Macet itu bikin umur kita karatan

Tuesday, August 22, 2006

Cium

Pokoknya aku harus berani nyium dia
Jangan sampai aku dibilang pengecut
Masak pacaran lama hanya megang tangan doang
Paling banter megang rambut

Padahal dia sering mancing
Deketin mukanya
Sambil matanya memicing kucing
Duh menantangnya

Berkali-kali tiap apel
Kita hanya ngobrol ngalor ngetan
Nggak ada peningkatan blas
Makanya malam ini aku harus nyium dia

Wuih nggak sabar hati ini
Membayangkan pacarku dan menciumnya
Dam dam aku mandi sore
Pakai parfum ah meski merek kaki lima

Berdendang menuju rumah pacar
Merona wajahku kebayang bakal mencium dia
Duh kayak apa ya rasanya mencium cewek
Nggak sabar deh aku

Permisi om tante teriak aku
Oh silakan masuk, Shinta ada temen dateng nih
Berdegup jantungku
Oh mas Kampret, kebetulan nih ada temen Shinta

Katanya minta diajarin PR
Kita belajar bertiga ya mas,
Lemaslah aku
Niat mencium malah diminta ajarin PR

Cantik

Hmm emang cantik dia
Wajahnya lembut, mukanya oval
Kulit coklat lembut, agak putih juga
Rambut, duh panjang bergerai

Ah cantik memang
Bodinya sedang, tidak kurus dan tidak montok
Tingginya juga sedang dan ideal
Cocok banget menjadi kekasih tercinta

Mata bening, kerlingan bikin kita menggelepar
Si cantik ini juga pintar
Dan uenak diajak ngobrol
Andaikan aku jadi kekasihnya

Alangkah indahnya dunia
Kan kubelai rambut hitamnya
Kan kucubit hidung mungilnya
Kang kusentuh bibir lunaknya

Hush mimpi kamu
Ingat bini dan anakmu
Mau dikasih makan apa sore ini
Oh iyaa, aku harus nerusin narik becak, demi makan malam anak bini

Bagong

Bagong itu jenong
Dan gemuk kayak gajah
Badannya subur tapi tidak makmur
Mukanya lebar jidatnya jenong

Sik sik sik bagusnya apa
Kok semua kayak mengejek belaka
Ya adalah baiknya
Bagong itu jujur

Kalau ngomong apa adanya
Tidak ditutup-tutupi, jelas dan wijang
Yang benar ya dibilang benar
Salah ya salah

Wah Bagong hebat dong
Lha iyalah
Dia pemberani, berani ngomong tidak
Meski tambun namun bernyali, itulah Bagong

Waktu

Hidup ini,
Terkadang luama sekali
Kadang cuman sekejap
Kadang nggak bergerak, kadang secepat kilat

Yang pacaran dan cinta monyet
Sehari berasa semenit, seminggu berasa sejam
Yang nunggu hukuman dan keluarga sakit
Sehari berasa sebulan, lama nian

Padahal waktu tetaplah sama
Nggak kurang nggak lebih
Tetap sejam ada enam puluh menit
Seminggu tetaplah tujuh hari

Namun kenapa kadang lambat kadang cepat
Ooo ternyata karena orang-orang
Yang menganggap lambat ataupun cepat
Jadinya waktu ya tetap saja

Piring Terbang

Prang
Thong, grobyak
Wah berisik sekali
Banyak piring terbang lalu lalang

Bukan UFO lho
Ini benar-benar piring
Yang melayang bebas
Prok dan pecah menghantam dinding

Apa ada perang dunia
Kali perang dunia ketiga
Wutt melayang panci segede gentong
Tharr menghantam keras tembok

Wah wah apa perlu dewan keamanan PBB
Atau Kofi Anan diberitahu
Nggak usahlah, tenang saja
Itu cuman tetangga baru kita, temanten baru sedang berantem

Harga

Sudah mak, nasi orek tempe dan telur dadar berapa yaa
Lima ribu perak
Wah aku kaget, kok mahal banget, biasanya tiga ribu lima ratus
Ya semua sudah naik, telur, beras, gas

Tapi kok naiknya seribu lima ratus
Ya bahan bakunya naiknya juga mahal
Itu juga emak nggak banyak untung
Waduh kok makin mahal saja ya

Mana aku ngebon lagi
Hutangku masih banyak
Ya sudah catat dulu yaa,
Kan yang kemarin juga belum dibayar, sergah mak warung

Aduh kenapa harga-harga pada naik yaa
Gajiku yang kecil
Serba pas-pasan
Nggak jelas kapan naiknya, makin ditinggal oleh harga kebutuhan

Lupa

Hei mas mau kemana
Wah siapa ini ya yang nyapa
Kayaknya pernah ketemu
Kayaknya kenal

Tapi bener aku lupa
Siapa orang di depanku
Wah sudah lama kita nggak ketemu
Gimana kabar Fulan

Bener nih, dia nyebutin nama temen kost
Jelas kita pernah bertemu
Tapi ingatanku buntu
Hmm aku jawab ramah saja, hai juga mau ke warung nih

Dengan akrab dianya bilang
Wah lama nggak ketemu yaa
Ngapain aja setelah kuliah
Oh ya, nyari-nyari kerja jawabku sekenanya

Sambil mikir keras ini orang siapa
Ya sudah yaam sampai ketemu
Dia menghilang
Dan aku masih lupa, siapa dia

Ulang Tahun

Saat remaja
Hari ulang tahunku
Belum punya pacar
Orang tua sibuk

Huh, luntang lantung
Nggak ada yang ngucapin selamat
Boro-boro dibikinin kue
Ya sudah naik bus jalan-jalan

Critanya ke tempat rekreasi
Sendirian bok
Naik bus lagi
Uang pas-pasan

Ya gitu aja
Jalan gontai, tangan masuk saku
Aih perut mulai lapar dah
Hitung uang dulu, cuman cukup nasi tempe nih

Begitulah ulang tahun remajaku
Sendirian tanpa teman apalagi pacar
Jalan gontai
Dan makan nasi tempe dan sambal

Teka-teki

Coba tebak,
Gelap, hitam, panjang dan teriak-teriak
Apa yaa, nyerah deh
Itu tuh, kereta api malam hari

Tebak lagi,
Kecil, hitam dan berkeringat
Apa pula ini, apa deh
Ya itu, semut hitam baru push up

Ah ngaco kamu,
Coba yang ini, Gajah naik becak kelihatan apanya
Ah itu mah gampang, kelihatan bo'ongnya kan
Bener juga ya

Terakhir dah kalau situ pintar
Kakinya sembilan tapi kepala cuman dua, apaan tuh
Wah apa yaa, mana ada tuh
Ada dong yaitu orang nuntun kuda sambil narik becak hayoo, ah ngaco

Pusing

Pusing tujuh keliling
Dikelilingin tujuh bintang
Angsuran rumah, listrik, air dan telpon
SPP anak, cicilan motor dan kartu kredit

Memang pusing
Tiap bulan gaji pas-pasan
Pengeluaran semakin banyak
Pemasukan cenderung kurang

Darimana nembelnya
Darimana nutupnya
Mestikah ngutang
Gali lobang tutup lobang

Hidup hemat dong, kata temen
Ini juga sudah hemat
Makan saja seadanya
Ya bener dong, nggak ada mana bisa dimakan

Ya sudah,
Hidup harus terus berlanjut toh
Kita jalani saja
Kalau kurang ya kadang ngutang

Hidup memang begini
Dinamis,
Kadang kurang pan biasa
Siapa tahu esok ada rejeki

Monday, August 21, 2006

Penjilat

Gayamu begitu
Selalu menjilat
Mencari muka
Meninggikan diri

Gaya menjilatmu
Bikin orang sebel
Dan pengin nonjok
Kamu munafik

Pengin selalu terlihat hebat
Pengin selalu berjasa
Orang lain
Dengan mudah kamu kibuli

Kamu selalu pura-pura
Tidak pernah tulus
Hanya ingin tampil di depan
Masa bodoh orang lain

Meski itu jasa mereka
Kamu aku juga
Kamu berbohong
Cih sungguh rendah

Penjilat
Yang sukanya menjilat
Kibuli orang
Demi dirinya sorang

Jus Alpokat

Segerr banget
Habis sarapan
Minum jus alpokat
Harganya 3500 rupiah

Konon kebiasaan kita
Agak melupakan makan buah
Lebih banyak yang utama saja
Karbohidrat dan susu

Banyak yang tidak suka buah
Atau harganya mahal
Tapi jus alpokat di pagi hari
Bener menyegarkan badan

Pakai susu coklat
Pakai gula
Jusnya lembut
Memang segar dan sehat

Siapa belum mencoba jus alpokat
Diminum pagi hari
Selepas sarapan nasi atau apa saja
Pelengkap kebutuhan tubuh

Klenger

Tadi pagi aku klenger
Tiga jam di jalan
Dari rumah jam 06.30
Macet dimana-mana

Selalu begini
Kota yang sumpek ini
Macet dan bikin capek
Tanpa kompromi

Selalu begini
Bila habis libur panjang
Jalanan macet
Tak kenal waktu tak kenal tempat

Tiga jam di jalan
Entah waktu sekarang tidak berharga lagi
Entah kita menjadi lebih lelah
Klenger aku pagi tadi

Wednesday, August 16, 2006

Janda Tua

Perempatan lampu merah
Hilir mudik
Tumpek blek
Manusia, motor, mobil dan bising

Seorang janda tua
Renta tanpa tenaga
Bajunya compang camping
Wajahnya kuyu

Panas, lelah dan legam
Menadahkan tangan
Mengharapkan recehan kecil
Demi penyambung hidup

Sehari makan
Kadang puasa
Lebih sering tidak makan
Tubuh yang tua makin lemah

Adakah yang peduli
Adakah yang kasihan
Toh banyak janda-janda tua lainnya
Di jalanan, di lampu merah, di emper gedung

Adakah harapannya
Adakah mimpi-mimpinya
Adakah waktu tersisa
Sang janda tua renta

Tuesday, August 15, 2006

Pemulung

Ampun pakk
Jangan pukul pak
Melas teriakan pemulung
Yang kurenggut kerah kaos lusuhnya

Dasar pencuri ya
Hayoo ngaku
Kamu ambil sepeda anak kami
Tuh nongkrong di gerobakmu, masih mau ngelak

Ampun pak
Bukan saya yang nyuri
Ah dasar pemulung maling
Sudah nyolong mangkir pula

Pantesan banyak barang hilang
Sendal, pot bunga, mainan, sepeda, semuanya
Pemulung edan
Ngambilin barang seenak udelnya

Ampun pak
Bukan saya
Lirihnya melas
Coba kulonggarkan renggutanku

Pemulung itupun terisak
Nyess bathinku tersentak
Kenapa kejam nian tingkahku
Ya sudah coba jelaskan kenapa sepeda ada di gerobakmu

Saya dikasih pak
Siapa yang ngasihkan
Itu, telunjuknya mengarah kakekku yang memang pikun
Sekejap titik air membasahi mataku, pemulung malang itu ketakutan

Aneh

Aneh ya
Apaan tuh
Dunia ini memang aneh
Banyak yang suka merusak

Banyak yang obral janji palsu
Suka menyakiti
Suka jahil
Dan suka berbohong

Kok aneh sih
Bukannya jamannya begitu
Kalau nggak gitu bakal nggak sukses
Jadi sukses harus mengorbankan ya

Ya makanya tidak aneh kan
Sukses dengan mengorbankan
Mana ada tanpa korban
Mana ada yang gratis kan

Justru itu aneh
Banyak korban menderita
Disakiti, dijahili, dibohongi, dikibuli
Berapa yang sukses, banyak lain yang menderita

Ah naif lu
Itu namanya tidak aneh
Justru aneh itu tidak aneh
Apa anehnya hal yang memang terjadi

Anehnya justru itu sampai terjadi
Anehnya adalah tidak adanya nurani
Anehnya tidak adanya manusiawi
Anehnya dunianya menjadi hewani

WTS

Bocah itu
Seorang WTS?
Kan umurnya baru 15 tahun
Lisptik aja nggak becus

Nggak percaya, sini pernah makai kok
Busyet tega banget kamu
Tega apanya
Pelecehan di bawah umur

Lho dianya yang nyosor kok
Mana tidak jelek lagi
Lu tega
Coba dianya adik kamu, atau kakak kamu

Tapi kan dia bukan
Betul tapi gimana dengan keluarganya
Apa nggak hancur hatinya
Hancur apaan, wong duitnya memang buat keluarganya

Jadi? ya bener dia WTS buat hidup
Juga keluarganya
Bukannya aku malah membantu
Membayarnya setelah puas

Dasar lu
Tega
Menguras orang tak berdaya
Habis gimana dong, akunya juga butuh

Mabuk

Selalu mabuk
Pemuda pengangguran itu
Sore mabuk
Malam teler

Apa nggak ada yang dikerjakan
Gimana sih katanya nganggur
Justru nganggur itu banyak waktu
Bisa ngerjain ini itu dapet duit

Ini itu apaan
Ngerjain apaan
Nggak tahu nyari kerja saja susah
Yang kasar saja susah boro-boro yang kantoran

Tukang batu susah, kuli susah
Harus ada koneksi tahu
Makanya nggak gampang
Ketimbang mabuk mulu

Lha mabuk kan memang gampang
Nggak perlu ijazah atau koneksi
Tinggal tenggak dan teler
Bentar deh duitnya dari mana

Duit apaan? Itu bakal beli minuman
Kata siapa mesti beli
Lha yang diminum itu
Lho itu kan air putih

Kok mabuk
Emangnya nggak boleh
Apa mesti ada hubungannya air putih dan mabuk
Biarin dia mabuk-mabuk sendiri toh

Kalau

Kalau sudah sampai telpon ya
Kalau tidak lupa belikan ya
Kalau ada uang pinjamin dong
Kalau sudah selesai kabari

Kalau kalau kalau
Apa nggak capek kalau kalau
Kalau capek jangan kalau kalau ya
Kalau kalau aja terus

Kalau begini kalau begitu ya
Hmm terus saja ber-kalau kalau
Apa ndak ada kata lain
Kalau ada kata lain jangan kalau kalau ya

Kalau kalau saja ketemu
Kalau kalau saja tidak bosan
Aha mana bisa
Banyakan kalau kok nda bosan

Siapa tahu kalau bosan jadi ndak bosan
Monyong kamu wong sudah bosan gitu
Makanya jangan kalau kalau mulu
Ya sudah kalau begitu, ehh masih kalau juga

Hujan

Hujan lagi hujan terus
Kenapa mesti jam pulang kerja
Tadi siang ngapain aja
Gantian orang pulang hujan

Mana deras lagi
Sudah banjir di depan gedung
Wah sepatu bakal rusak nih nerjang banjir
Coba tunggu dulu

Oh ya ada ojeg payung
Dik dik payung
Sudah dipesan om kata si adik ngeloyor
Busyet payung saja rebutan

Nah itu datang satu
Payung dik teriakku
Bah bapak di depan duluan nyerobot
Sialan gerutuku

Hujan sialan
Ngga tahu diri
Bikin susah orang
Bresss berisik hujan makin mengejek

Om payung om
Oh si adik yang tadi
Sudah selesai rupanya pesanan orang
Okelah beranjak aku sambil merenggut payung

Brrr dinginnya hujan deras ini
Wah halte bus agak jauh nih
Jalan terus aja deh
Hujannya makin nakal

Angin berhembus kencang
Wah air nerobos bawah payung ini
Cipratan air dimana-mana
Hmm sampai nih di halte, tetap saja basah

Kencing

Kencing bentar ah
Tuh ada wc umum
Ngga rame lagi
Cuman gopek ini bayarnya

Ketimbang sakit perut
Atau kencing batu
Ah kamar yang ujung saja
Sentor byur

Buka resleting
Keluarkan benda antik
Rrrrrr lancar ngalirnya
Lega juga

Selesai dah
Pegang ujungnya
Siap tutup resleting
Tess busyet masih setitik

Waduh celana nih
Coba bersihkan
Kricik kricik air
Yang bersih lagi deh bet bet

Bayar gopek
Jalan santai
Bentar waduh celananya kok basah banget
Kebanyakan air rupanya

Duduk dulu ah
Di terminal je
Ntar nggak sopan
Dah gede kok celananya basah

Sepuluh menit, empat puluh menit
Nggak kering-kering
Satu jam
Masih basah

Cuek ah
Pede aja nyari bus
Pak bus nomor 27 mana
Barusan jalan dik, ada juga sejam lagi ?

Main Bola Yuk

Main bola yuk
Mumpung hari adem
Olah raga
Badan sehat sentosa

Lapangan kosong
Bola siap
Apalagi
Segera main yuk

Coba hitung dulu
Satu, dua, wah ada tiga belas orang
Ya sudah tujuh lawan enam
Mana bisa kan harus adil

Ya enam lawan enam
Nggak mau satunya kan nganggur
Bisa kok jadi wasit
Nggak ada yang mau, ngapain wasit

Duh gimana ya
Jadi pemain pengganti
Sama juga bohong pasti nggak kebagian
Pokoknya semuanya harus main

Lha gimana
Jumlahnya ganjil
Harusnya genap
Pusing jadinya

Jadi nggak
Main bolanya
Lha gimana ada yang tidak kebagian
Wah kita nunggu satu teman lagi

Satu jam, dua jam
Mana ngga ada tuh
Ah ya sudah pulang saja, dah
Batal deh main bolanya

Kemarin

Kemarin itu
Aku jadi tercenung
Ya baru kemarin
Tapi sudah lewat toh

Ah kembali aku tercekat
Kemarin itu lho
Kok ya bodohnya aku
Jelas-jelas aku bisa

Tapi kok
Kusalahkan diriku
Kenapa kemarin aku tidak ambil
Kenapa kemarin aku begitu bego

Lha baru kemarin je
Baru lewat sehari
Aku mendengus
Huh seandainya kemarin,,,

Ada apa to kok gusar gitu
Kemarin itu ada apa
Kenapa dengan kemarin
Kok segitunya nyesel

Huh situ nggak tahu sih
Kemarin itu lho
Kemarin itu ada uang seratus ribu
Tergeletak di pinggir jalan

Tidak kuambil
Karena gengsi ada cewek lewat
Gantian dah lewat
Uangnya kebawa angin masuk got

Byar pet

Dari tadi
Kok byar pet mulu
Apa nggak silau
Mbok nyala gitu

Byar pet byar pet
Bikin mata capek
Mbok yang tegas to
Nyala atau padam sekalian

Jangan banci
Byar pet byar lalu pet
Apa ada yang koslet
Apa ada yang rusak

Lampu jalan kok byar pet mulu
Emangnya kode apaan
Emangnya mau ngirit
Nyala separo padam separo

Cengeng

Gitu aja nangis
Mbok ya diam toh
Kan tidak sakit
Cuman kesenggol ini

Dasar anak cengeng
Sedikit-sedikit nangis
Apa nggak capek
Nangis mulu

Sebentar
Apa salahnya dengan nangis
Apa situ keluar biaya
Apa situ jadi patheken dengar tangisan

Biarin saja anak nangis
Kan olah raga juga
Otot wajah jadi sehat
Paru-paru juga sehat

Cengeng
Biarin toh
Bukan maunya anak
Nangis kan ekspresi jiwa juga

Warna

Biru langit
Awan putih
Hitam malam
Kulit coklat

Warna
Apa artinya
Pentingkah warna
Untuk apa

Apa jadinya langit tidak biru
Awan menjadi legam
Atau malam bersinar putih
Dan kulitpun putih susu

Apa lebihnya merah dari kuning
Atau hijau dibanding biru
Hitam melawan kuning
Abu-abu terhadap perak

Kenapa ada medali emas
Medali perak
Dan tembaga
Juga safir warna warni

Warna
Memang ada artinya
Dan alam yang berwarna
Adalah sedang bicara

Angle

Hmm an angel
Why are you so pretty
Softly
Tenderly

Might I dream of you
Might I dream of belonging you
Angle
Let me have imagination of you

Your smile
your stare
Hmm so sweet
Nicely

Angle
How shall I happy
Touching you
Kissing you

WC

Hek
Sakit nian
Perutku
Tadi habis makan sambal

Ngibrit aku
Bingung
Dimana ada wc
Di tempat yang tak kukenal

Salahku
Main ngeloyor pergi
Usai nyantap nasi sambal bawang
Dan sepotong tempe

Uhh perutku berontak
Mataku blingsatan
Mana mana wc
Kali, kakus apa saja

Tak kunjung ada
Lari ke sana
Lompat ke sini
Hampir tak tahan

Uhhh sabar perut
Jangan sampai keluar
Malu sudah bangkotan eek di celana
Ihh akhirnya

Ada kolam
Tapi mana kakusnya
Ngga ada !!
Ya sudah jongkok di tepi kolam,, lega

Krompyang

Sepi
Pepohonan sunyi
Anginpun sungkan
Srrr kian sepi

Tek tok tek tok
Dentang jam-pun sopan
Krik krik krik
Jangkrik malu-malu

Krompyang
Lha dalah
Siapa berani mati
Interupsi

Apakah dia jendral
Direktur
Atau Menteri
Lancang nian membunuh sepi

He he mak Inem
Sibuk
Mencuci piring
Satu piringnya jatuh

Gatal

Gatal ini
Dasar
Gatal sialan
Tunggu garukanku

Mataku nanar
Kepalaku nunduk
Tanganku terpangku
Duduk depan Bos

Bos marah
Marah meloto
Ngomel
Gebrak meja

Dan gatal ku
Seolah ngejek
Awas yaa
Aku garuk tahu rasa

Brak meja dipukul Bos
Kepalaku makin nunduk
Tanganku masih terlipat
Dan gatalku makin beringas

Love you

Harus berani
Gerutuku
Dasar betina
Pengecut

Katakan
Kamu sayang dia
Hmmm jangan banci
Suka namun takut

Harus berani
Siang itu
Aku cegat dia
Haii

Hwess dinginnya tubuhku
Kalau rona wajahnya
Tajam selidiki aku
Haii jawabnya

Ah uh ah uh
Bacotku
Pengecut
Bilang suka saja susah

Kamu kenapa
Rona wajahnya masih kerut
Ah nggak pa pa gugupku
Tadi manggil

Hmm nggak
Eh ya mau kemana
Aku mau less private
Oh hemm bacotku kuyu

Dasar banci
Dasar pengecut
Gagap, panik
Daa, dia pun menghilang

Permen

Panasnya hari itu
Di bus
Berdesakan
Keringat bau

Macet total
Napas hampir putus
He jangan injak kakiku
Busyet lu

Oh ya permen
Masih satu di saku
Dimana tadi
Ah akhirnya

Kubuka isinya
Hmm permen orange
Pasti segar
Kuputar bungkusnya

Dess hilang!
Kesenggol tangan penumpang
Waduh kemana ya
Jongkok susah

Gimana ngambilnya
Pantat disekeliling
Jongkok dikira mesum
Gimana yaa

Permen aku makin hilang
Keinjak sana sini
Ah itu kujulurkan kaki
Bett kaki keinjek, sial

Duh mana nih permenku
Masih mringis kaki keinjek
Makin panas
Makin gerah, tanpa permen

Wind

Wind never change
Wind touch you
We need wind
And wind no need us

Then wind still alive
But you will die
You never beat wind
Wind will last forever

Wind alwasy fly
Here and there
Wind never stop
And wind ever talk

Virgin

Are you virgin
What virgin for
It is your pride
It is your honor

Virgin is nature
Virgin is a limit
You girl
Are you keeping

Your virgin
Your beauty
Your passion
Your spirit

Virgin is what for
You boy
Virgin is what you need
Then what

Virgin and girl
Girl has only one
Once it lose
Virgin then not yours anymore

Noon

I am walking
I am dying
Noon
Hard and fire

Water, water
Shall I get
Noon without water
Noon may be murder

My cry
My tears
My face
Quite hot

Noon
Just pass through
Let me life
Noon, just forgive me

Black

It is black here
Above
Arround
Everywhere

Why black is coming
Why life is black
You might be black
Our nature is black as well

Black is not white
White is never black
So black might be night
And night is getting black

Monday, August 14, 2006

Kucing

Kucing kampung itu
Datang pagi-pagi
Telusuri pasar
Sekedar secuil makan

Kamulah makhluk Tuhan
Kamulah tiada yang merawat
Mencari makan
Tidur kolong langit

Kucing hitam itu
Tidak jauh dari kampung
Sekedar mengharap sisa
Makanan manusia

Tulang ikan
Remah nasi
Sisa dagangan
Penyambung hidupmu

Bletak
Manusia kadang tidak manusiawi
Melemparmu
Terjerembab

Tidak sengaja
Nyomot ikan asin
Benjol tubuhmu
Disambit

Malang nian kucing itu
Adakah ini adil
Dilempar batu
Karena sepotong ikan asin

Kucing itu
Entah memilih lahir ke dunia
Atau pengin tidak tercipta ke dunia
Kucing yang malang

Bencana

Datang lagi
Bencana lagi
Rakyat mati
Bumiku mati

Oh bencana
Kenapa kau datang
Banjir, Gempa, Merapi
Silih berganti

Adakah kau diundang
Adakah yang kau cari
Kami-kah
Mereka-kah

Kenapa oh bencana
Mampir ke rumah kami
Kampung kami
Tanah kami

Adakah kami
Telah merusak alam
Mengusikmu
Memancingmu

Bencana,
Memang kamu selalu ada
Adakah belas kasihmu
Adakah pedulimu

Kami lemah
Rakyat mati
Anak mati
Kehidupan mati

Bencana
Sudahkah kamu hayati
Benarkah kami berdosa
Ataukah mereka

Korup

Jalanan rusak pak
Kita turunkan proyek ya
Kan anggaran tahun ini banyak
Biasa hitunganya pak

Biaya proyek 30%
Bapak 30%
Saya 15%
Lain-lain 25%

Pasti lancar lah pak
Kan selama ini begitu
Sampai rumahku lima
Mobilku empat

Depositoku buanyak
Tanah
Emas
Naik haji lima kali

Jadi ya pak proyek-nya
Kan kita makin kaya
Ah uang negara ini
Ngga ada yang dirugikan kok pak

Setelah jalan
Banyak proyek lainnya pak
Ada renovasi kantor
Ada pembangunan gedung

Ah kenyangnya hidup
Duit melimpah ruah
Bisa kawin lagi
Bisa beli perawan

Namanya juga uang
Siapa sih yang tidak takluk
Uang coy,
Siapa menolak uang

Dan ini bukan korup lho
Namanya rejeki
Jangan iri
Situ aja yang tidak kebagian

Painem

Painem datang ke kota
Menjadi pembantu rumah tangga
Keluarga kaya-raya
Painem senang sekali

Painem memang orang desa
Seumur-umur baru ke kota
Lugu bak bunga kapas
Lugas

Painem masih gadis
Banyak pemuda kota
Tukang batu, kernet angkot
Painem terpikat

Ujang si kernet angkot
Tebar pesona
Painem klepek klepek
Painem fall in love

Ujang bangga
Painem dalam dekapan
Mereguk madu
Manis

Painem sadar
Perutnya buncit
Bukan sakit
Boro-boro masuk angin

Painem panik
Berbadan dua
Ujang mulai ngilang
Tidak ngernet lagi

Painem blingsatan
Ujang kemana
Mencari terus mencari
Ternyata..........durjana betul

Ujang tukang bohong
Ngakunya bujang
Tahunya anaknya tiga
Istrinya bunting

Painem bingung
Kemana perutnya sembunyi
Tuan rumah murka
Painem diusir

Painem oh painem
Bungamu semerbak
Kini layu dan luruh
Painem-pun menghilang

Kampret

Kadang kita bosan
Muak dan pengin muntah
Melihat wajah-wajah palsu
Bibir menjilat menjijikkan

Bah, kampret
Wajahnya penuh munafik
Bermanis-manis
Namun hatinya hmm penuh muslihat

Kampret memang
Menumpuk harta
Menumpuk benda
Namun jiwanya lemah

Kampret betul
Entah kapan datang keadilan
Si muka palsu terus bersenang
Seolah alim

Kampret
Beginikah dunia ini
Yang durjana malah kayak raja
Yang mulia justru tertindas

Kampret
Sadarkah mereka
Bahwa dunia ini hanyalah fana
Sementara

Mereka memang kampret
Wajah yang munafik itu
Penuh penjilatan
Hatinya kian berduri

Sekeras Apapun

Sekeras apapun aku berdoa
Sekeras apapun aku memohon
Keputusan alam tak kan urung
Sabda alam kian pasti

Sekeras apapun
Sekuat apapun
Ketok palu
Thok

Wahai semesta
Dimana asaku
Adakah hak
Sekedar pelipur

Sekeras apapun
Sekuat apapun
Ketetapan
Laraku

Hambar

Siang ini
Lengang di sudut
Sepi nan gamang
Anginpun berhenti

Kecoa itu
Bingung
Membisu
Lengang di sudut

Panas
Membungkus
Galau
Parau

Hambar
Kian jadi
Nan tawar
Tenggelam